Jumat, 27 Mei 2011

Sang Murabbiyah Da'iyyah, Ustadzah Yoyoh Yusroh in Memoriam...

Selepas sholat Ashar di masjid Asrama Haji Medan dalam sebuah acara Seminar Pendidikan, saya dan Bu Yoyoh (Semoga Allah menyayanginya) duduk di pelataran masjid. Adem terasa, kami ngobrol ringan....Setelah menanyakan kabar...aktivitas sehari2, saya menanyakan tentang sesuatu hal yang menyebabkan banyak para ibu kagum dengan beliau. Beliau memiliki 13 orang anak, menjadi pembicara di tingkat nasional dan internasional, anggota DPRRI, aktif dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina dalam forum2 Save Palestina, dll yang tidak saya ketahui. Masya Allah....Apa kunci suksesnya ya bu....

Beliau menjawab sambil tersenyum, itu semua karunia dari Allah. Kita manusia disuruh untuk berikhtiar. Kesehatan reproduksi itu dimulai sejak dini. Saya berusaha selalu menjaga asupan makanan yang halalan thoyyiban. Dulu waktu masih mahasiswa, teman2 sering ngebakso ketika makan siang. Saya memilih makan masakan padang yang lengkap gizinya. Karena kesehatan yang kita miliki sekarang adalah buah dari usaha kita sebelumnya. Sungguh informasi yang berharga... Secara teori mungkin kita tahu, tapi kita lupa mempraktekkannya.

Saya teringat di tahun 2002, saya ditugaskan oleh Kak Fanin untuk mengikuti acara Pelatihan Da'iyyah yang diadakan PP Salimah di Ciawi Bogor. Beliau termasuk salah satu narasumbernya, waktu itu beliau sedang hamil anak yang ke 13 kalo saya ndak lupa. Perjalanan dari Jakarta ke Ciawi cukup jauh, begitu sampai beliau minta waktu 5 menit untuk istirahat. Subhanallah... mengenangnya saya jadi malu, seandainya itu saya mungkin saya akan bilang ke panitia Afwan ya saya sedang hamil ndak bisa ngisi acara. Coba hubungi yang lain aja ya...

Beliau adalah sosok yang menjadi inpirasi bagi banyak orang, termasuk saya. Setiap bertemu dengannya selalu ada pencerahan yang didapatkan. Hati pun selalu berbunga2 ketika berdekatan dengannya. Ikatan hati terasa sangat kuat. Materi takliful qulub itu tertuang dengan indah disana. Semua mata berbinar2 menatapnya ketika mengulas materi yang diminta. Syaja'ah, ketenangan dan optimisme selalu menghiasi dirinya. Buah dari Istiqamah, materi yang kita semua sudah dapatkan. Bagi saya beliau adalah Sang Murabbiyah Da'iyyah....

Beberapa waktu yang lalu setiap ada tugas ke DPRRI, saya biasanya singgah ke ruangan beliau. Kalo beliau ndak ada sedang rapat atau sedang keluar, beliau berpesan kepada stafnya untuk memberikan data2 apa saja yang saya perlukan. Memperlakukan kami dengan sangat baik, menjamu minum dan makanan kecil yang tersedia di ruangannya. Dan biasanya saya mengajak teman dari parpol lain ke ruangan beliau. Teman saya itu bilang hebat kali bu yoyoh itu ya, anaknya banyak karirnya pun bagus. Saya pun tersenyum mengiyakan...(Hati saya berkata bukan karir tapi dakwah). Maklumlah teman saya itu bukan muslimah.

Kini Bu yoyoh telah berpulang kerahmatullah, tak ada kata yang bisa diucapkan selain Innalillahi wa inna ilaihi raji'un. Alloohummaghfir laha Warhamha Wa ‘Aafihi Wa’fu ‘anha, Wa Akrim Nuzulaha, Wa Wassi’ Madkholaha, Waghsilhu Bil Maa’i WatsTsalji Wal Barodi, Wa Naqqihi Minal Khothooyaa Kamaa Naqqaitats Tsaubal Abyadho Minad Danasi, Wa Abdilha Daaron Khoiron Min Daarihi, Wa Ahlan Khoiron Min Ahlihi, Wa Zaujan Khoiron Min Zaijihi, Wa Adkhilhul Jannata, Wa A’idhu Min ‘Adzaabil Qabri...

Syukron ya ustadzah, kontribusimu terhadap ummat adalah amal sholeh yang telah engkau semai. Kiprahmu sebagai murabbiyah da'iyyah adalah ladang bagimu untuk mendapatkan aliran pahala yang tak henti2nya sampai Hari Akhir itu tiba. Semoga Allah menjadikan dirimu bagian dari orang2 yang sukses dunia dan akhirat. Semoga Allah SWT memasukkan engkau ke dalam golongan orang2 yang syahid di jalan-Nya. Dan memasukkan engkau ke dalam syurga-Nya. Amin ya rabbal 'Alamin....

Kamis, 24 Maret 2011

Muhammad “Guru” Dunia

dakwatuna.com – Adalah Muhammad saw. Nabi untuk kemanusiaan… kedamaian tersemaikan, kesejahteraan terealisasikan…. Allah swt. memberi kelebihan dan keutamaan kepada kita, umat Muhammad, berupa misi beliau yang menebar rahamatan lil ’alalim. Sungguh benar firman Allah swt,
”Dan Kami tidak mengutus kamu, kecuali sebagai pembawa rahmat bagi alam semesta.” Al Anbiya’:107
Kasih sayang Muhammad saw. meliputi hewan dan tanaman. Terhadap burung dan unta misalkan, atau terhadap pelepah kurma yang merintih, sehingga hati beliau tersayat ketika mendengar rintihannya.
Tentunya, terhadap manusia beliau lebih sayang, terutama kepada anak-anak.
Muhammad saw. merupakan contoh agung dalam berkasih sayang dan bersikap lembut terhadap anak-anak. Beliau teladan besar dalam mendidik anak-anak kita.
Adalah Muhammad saw. sebagai ayah yang penyayang, sebagai kakek yang lembut dan penuh perhatian terhadap semua anak-anak… Inilah pribadi Muhammad, Nabi kemanusiaan saw.
Sungguh, Muhammad saw. memberi pelajaran dan pengalaman berharga bagi kita semua dalam hal mendidik anak-anak kita. Agar kita mampu mencetak generasi yang mampu mengemban tanggungjawab luhur dan mengangkat tinggi panji Islam.
Pokok-Pokok Pendidikan Muhammad
Sirah Nabi telah mengajarkan kepada kita prinsip-prinsip pendidikan, yaitu pentingnya anak-anak memiliki percaya diri, mandiri dan mampu mengemban tanggungjawab di usia dini. Inilah problematika kita sekarang, anak-anak kita kehilangan sikap percaya diri, mandiri dan mental dewasa.
Kita berhajat untuk mengingat peristiwa di mana Muhammad saw. menjadikan Zaid bin Haritsah sebagai pemimpin pasukan kaum muslimin, meskipun usianya masih muda belia. Ketika itu umurnya baru enam belas tahun (16), padahal ada orang yang lebih tua dan lebih tinggi kedudukannya, seperti Abu bakar, Umar radhiyallahu anhum. Kenapa Muhammad melakukan hal demikian? Adalah karena beliau ingin mengajarkan kepada Zaid rasa percaya diri, dan agar menghilangkan anggapan sebagian orang bahwa Zaid tidak mampu, sekaligus sebagai pembelajaran bagi generasi masanya untuk peduli dengan problematika umat dan berkontribusi menyelesaikannya.
Pendidikan Sikap dan Perilaku
Muhammad saw. mengajarkan dasar-dasar ajaran agama yang lurus kepada anak-anak sejak dini. Beliau mendorong mereka untuk mempelajari etika umum dan perilaku lurus yang orang Barat sekarang menamakannya sebagai ”Seni Etika”.
فقد روى البخاري ومسلم أن عمر بن أبي سلمة، قال:” كنت غلامًا في حجر رسول الله، وكانت يدي تطيش في الصفحة، فقال لي رسول الله “يا غلام، سمِّ الله، وكل بيمينك، وكل مما يليك”، وعندما أراد الحسين- رضي الله عنه – أن يأكل تمرة من تمر الصدقة، قال له الرسول : “كخ كخ، أما علمت أنا لا تحل لنا الصدقة؟!”
Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Umar bin Abi Salamah, ia berkata: ”Ketika saya masih kecil di asuhan Rasulullah, saya hendak meraih makanan di nampan, maka Rasulullah saw. bersabda, ”Wahai anak kecil, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kanan, dan makanlah apa yang terdekat dari kamu.”
Ketika Husain ra, cucu Nabi hendak makan kurma dari hasil sedekah, maka Rasulullah saw. bersabda, ”Jangan, jangan. Bukankah kamu tahu, bahwa tidak halal bagi kita -keluarga NAbi- sedekah seseorang?!.”
Ayah Yang Penyayang
Ketika kita berbicara kasih sayang dan kelembutan Muhammad saw. terhadap anak-anak, maka tidak akan pernah kita temukan bandingan dan permisalan seperti beliau saw. Banyak peristiwa dalam sirah Nabi yang mempesona berkaitan dengan kasih sayang beliau terhadap anak-anak. Baik beliau sebagai Ayah, Kakek atau Pendidik bagi semua anak-anak. Termasuk kasih sayang beliau terhadap anak-anak non muslim.
فقد كان النبي- صلى الله عليه وسلم- يرفع ابنته فاطمة الزهراء – رضي الله عنها – وهي صغيرة عاليا ثم ينزلها ويفعل هذا عدة مرات، ثم يقول “ريحانه أشمها ورزقها على ربها”،
Adalah Muhammad saw. mengangkat dan melempar ke atas putri kecilnya, Fathimah Az Zahra’ ra tinggi-tinggi dan menangkapnya. Beliau melakukan iti beberapa kali, kemudian beliau bersabda, ”Semoga harum namanya dan luas rizkinya.”
Adalah Muhammad sangat mencintai cucu-cucunya.
وكان النبي- صلى الله عليه وسلم- محبا لأحفاده وكان كثيرا ما يقوم بتدليلهم فعن جابر يقول” دخلت على النبي صلى الله عليه وسلم، وهو يمشي على أربعة وعلى ظهره الحسن والحسين – رضي الله عنهما- وهو يقول “نعم الجمل جملكما ونعم العدلان أنتما”، وروى الإمام أحمد في مسنده،
Diriwayatkan oleh Jabir, berkata, ”Saya menemui Nabi saw, ketika beliau berjalan merangkak sedangkan di atasnya Hasan dan Husain ra sedang bercanda. Beliau bersabda, ”Seganteng-ganteng orang adalah kalian berdua, dan seadil-adil orang adalah kalian berdua.”
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra, berkata, ”Kami shalat Isya’ bersama Nabi. Ketika Nabi sujud, Hasan dan Husain menaiki punggung Nabi. Ketika beliau mengangkat kepalanya, beliau mengambil keduanya dari sisi belakang dengan cara lembut dan menaruh keduanya di lantai. Ketika beliau sujud kembali keduanya mengulangi seperti sebelumnya sampai beliau selesai shalat. Kemudian beliau mendudukkan salah satunya di pahanya.”
Dari Usamah bin Zaid ra, Rasulullah saw mengambil saya dan mendudukkan saya di pahanya sedangkan di paha satunya duduk Hasan ra, kemudian beliau merangkulkan keduanya seraya berdo’a, ”Ya Allah sayangi keduanya, karena saya menyayangi keduanya.”
Dari Abdullah bin Buraidah dari bapaknya, berkata, ”Adalah Rasulullah saw sedang berkhutbah, ketika itu Hasan dan Husain memakai baju merah berjalan-jalan dan mutar-mutar di dalam masjid. Maka Rasulullah saw. turun dari minbar dan mengambil keduanya, dan menaruhnya di dekatnya seraya bersabda, ”Sungguh benar firman Allah, ”Sesungguhnya harta-harta dan anak-anak kalian adalah fitnah bagi kalian.” Saya lihat kedua anak ini jalan-jalan, sehingga saya tidak bersabar, saya memotong khutbahku agar saya mengambil keduanya.”
وجاء الأقرع بن حابس إلى رسول الله فرآه يقبّل الحسن بن علي،” فقال الأقرع: أتقبّلون صبيانكم؟! فقال رسول الله: (نعم)، فقال الأقرع: إن لي عشرةً من الولد ما قبلت واحدًا منهم قط، فقال له رسول الله : (من لا يرحم لا يرحم) متفق عليه.
Al Aqra’ bin Habis datang menemui Rasulullah saw. Ketika itu ia melihat beliau mencium Hasan bin Ali ra. Maka saya bertanya, ”Apakah kalian mencium anak-anak kalian?” Rasulullah saw. menjawab, ”Ya”. Al Aqra’ berkata, ”Sungguh, saya mempunyai sepuluh anak, tidak pernah sekali pun saya mencium salah satu dari mereka.” Maka Rasulullah saw. bersabda, ”Barangsiapa yang tidak sayang, ia tidak akan disayang.” Muttafaqun ’Alaih.
Perilaku Muhammad saw. yang demikian tidak hanya kepada keluarganya saja, tapi untuk semua anak-anak pada masanya, sampai pembantunya sekalipun. Adalah Anas Bin Malik memberi kesaksian, ”Saya telah sepuluh tahun menjadi pelayan Rasul, selama itu beliau tidak pernah berkata uf atau hus ata ah kepada saya.”
Adalah Muhammad saw. sangat menganjurkan agar memberi nama anak dengan sebaik-baik nama, begitu juga beliau sangat tidak setuju dan melarang pemberian nama yang buruk. Kenapa? Karena nama itu jangan sampai mempengaruhi mentalitas anak ketika mereka menginjak dewasa.
Muhammad saw. juga sangat memperhatikan penampilan anak-anak.
فعن نافع بن عمر أن النبي – صلى الله عليه وسلم – رأى صبيا قد حلق رأسه وترك بعضه فنهاهم عن ذلك وقال “احلقوه كله أو اتركوه كله”،
Diriwayatkan dari Nafi’ bin Umar, bahwa Nabi saw. melihat anak kecil rambutnya dipotong separuh dan separuh lagi dibiarkan, maka beliau melarang hal yang demikian, seraya bersabda, ”Cukur semuanya atau tidak sama sekali.”
Inilah bukti kepedulian beliau terhadap penampilan anak, agar anak-anak tampil lebih baik, yaitu tampilan Islami. Contoh peristiwa kepedulian Muhammad saw. terhadap pendidikan perilaku dan kasih sayang beliau terhadap anak-anak sangatlah banyak sekali.
Penyayang Terhadap Non Muslim
Muhammad saw. tidak hanya penyayang terhadap anak-anak muslim saja. Namur beliau juga penyayang terhadap anak-anak non muslim.
Adalah kisah anak non muslim Abu Mahdzurah, si pemilik suara merdu. Ketika dia mengejek adzan. Bagaimana Muhammad saw. Memperlakukannya? Beliau tidak memarahinya atau menghukumnya atas ejekan itu. Bahkan beliau mengusap kepalanya seraya berdo’a, “Ya Allah, berilah keberkahan terhadapnya dan tunjukilah dia kepada Islam, beliau mengucapkan itu dua kali. Selanjutnya beliau menyuruh dia mengucapkan, “Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar” sampai akhirnya Abu Mahdzurah adzan di Makkah, Subhanallah!
Muhammad saw. juga sangat peduli terhadap anak-anak non muslim yang sedang sakit, beliau mendo’akan kesembuhannya, beliau memegang tangannya dan mendo’akan kebaikan terhadapnya.
فقد ورد في صحيح البخاري عن أنس بن مالك رضي الله عنه، قال: “كان غلام يهودي يخدم النبي صلى الله عليه وسلم فمرض, فأتاه الرسول – صلى الله عليه وسلم- يعوده فقعد عند رأسه، فقال له أسلم فنظر إلى أبيه وهو عنده، فقال له: “أطع أبا القاسم”؛ فأسلم الصبي ,فخرج النبي- صلى الله عليه وسلم- وهو يقول الحمد لله الذي أنقذه من النار “
Diriwayatkan dalam shahih Imam Bukhari dari Anas bin Malik ra, berkata,
“Adalah seorang anak Yahudi menjadi pelayan Nabi sedang menderita sakit, maka Rasulullah saw. menjenguknya. Beliau duduk di dekat kepalanya seraya berkata kepadanya, “Berislamlah”. Anak tadi menoleh kepada ayahnya yang berada di sampingnya. Ayahnya berkata, “Ikuti Abal Qasim”. Maka bocah tadi masuk Islam. Lalu Rasulullah saw. keluar seraya berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkan dia dari neraka.”
Sunggguh Agung Kepribadian Muhammad
Sungguh, sungguh menakjubkan pribadi engkau wahai Muhammad. Engaku tetap menjadi teladan, model dan idola yang layak dicontoh bagi setiap manusia dalam segala sisi kehidupan. Engkau adalah kasih sayang yang dihamparkan Allah swt. di muka bumi. Engkau telah menjadikan kami sebagai “khairu ummah”, sebaik-baik umat manusia.” Sungguh benar firman Allah swt,
”Sungguh, ada suri tauladan yang baik bagi kalian pada diri Rasulullah, yaitu bagi siapa saja yang mengharap (berjumpa dengan) Allah dan Hari Akhir.” Al Ahzab:21
Shalawat dan salam untukmu Ya Rasulullah. Allahu A’lam

Ayah Pelukis Masa Depan Anak

Dakwatuna.com Ayah adalah pelukis kehidupan anaknya, dan akan menjadi bagian penoreh sejarah kehidupannya. Bahkan keberhasilan anak yang menoreh sejarah yang hebat, akan melibatkan peran ayah sebagai guru bagi anaknya. Setiap gores pena kehidupan seorang ayah akan menampilkan bentuk kehidupan yang akan dimiliki oleh anaknya kelak.
Masa muda bagi anak adalah masa yang menyenangkan, masa mereka melihat hal yang baru, dan mencobanya. Masa mereka mulai untuk mandiri menapaki jalan hidupnya sendiri. Masa seorang anak mulai melakukan sesuatu yang mirip dengan apa yang dapat dilakukan oleh ayahnya. George Bernard Shaw mengatakan bahwa “Masa muda adalah masa terindah; sayang sekali orang muda suka menyia-nyiakannya.” Ayah adalah pengantar anak-anaknya untuk menghadapi masa muda dengan hal-hal yang dapat mendatangkan manfaat. Prinsip berbagi manfaat yang diajarkan Al-Quran kepada kita adalah, kebaikan yang dilakukan kepada orang lain, pada akhirnya akan kembali kepada pelakunya sendiri. Kitalah yang akan lebih banyak menerima manfaat daripada orang yang menerima pertolongan kita. Allah SWT berfirman di surat Al-Isra’ ayat ke-7.
إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لِأَنفُسِكُمْ ۖ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا ۚ
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri,”(QS. Al-Isra’[17]:7)
Karya monumental terbesar dari seorang ayah dalam hidupnya adalah ketika ia mampu membentuk anak-anak yang kuat dan soleh yang bermanfaat bagi ummat ini. Mereka menjadi muslim yang kuat dan kokoh, menjadi duta masyarakatnya dengan ilmu yang dimilikinya. Dari sahabat Abu Hurairah RA, bersabda Rasulullah SAW, “Mu’min yang kuat lebih dicintai Allah dari mu’min yang lemah, dan masing-masing memiliki kebaikan. Bersemangat lah terhadap hal-hal yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah dan jangan merasa malas, dan apabila engkau ditimpa sesuatu maka katakanlah “Qodarulloh wa maa syaa’a fa’al, Telah ditakdirkan oleh Allah dan apa yang Dia kehendaki pasti terjadi”(HR. Muslim)
Allah SWT berfirman di surat An-Nisa yang ditujukan kepada orang tua,
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا
Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.(QS. An-Nisa[4]:9)
Dalam tafsirnya Ibnu Katsir mengatakan Ali bin Abi Thalhah berkata dari Ibnu ‘Abbas RA, ”Ayat ini berkenaan dengan seorang laki-laki yang meninggal, kemudian seseorang mendengar ia memberikan wasiat yang membahayakan ahli warisnya, maka Allah SWT memerintahkan orang yang mendengarkannya untuk bertakwa kepada Allah serta membimbing dan mengarahkannya kepada kebenaran.”
Keberhasilan masa depan anak bukan karena umur atau kemampuan terbatas yang dimilikinya. Ayahnya harus mampu mengayunkan kuas di atas kain kanvas. Kecantikan lukisan dibentuk dari beberapa ayunan kuas yang banyak, mereka se irama dan saling mengisi. Perpaduan warna yang indah disertai gradasi warna yang anggun membentuk pelangi di langit. Warna biru dan putih membentuk warna air di laut lepas. Warna hijau membentuk suasana pepohonan yang berjajar terlihat anggun. Semua goresan kuas sang ayah membentuk semua warna kehidupan si anak. Menari-nari mengikuti irama kehidupan.
Masih ingat cerita kesuksesan penyanyi Susan Boyle? Seorang ibu warga negara inggris yang sudah berumur 47 tahun. Ia ingin merubah nasib hidupnya dengan mengikuti kontes Britains Got Talent tahun 2009. Hari itu adalah tepat hari sabtu tanggal 11 April. Ibu yang bakatnya diketahui oleh jagad raya setelah berumur 47 tahun ini, akhirnya di babak final memang kalah dengan kelompok anak muda yang menampilkan tarian mirip breakdance. Akan tetapi semangat perubahan, tidak mengenal lelah, dan indahnya alunan suara yang keluar dari mulutnya, membuat para hadirin terpana. Membuat inspirasi para ibu-ibu usia senja di belahan dunia. Bahkan ada seorang juri yang berdiri dan membuka mulutnya seakan-akan ingin mengucapkan Wow! Fantastic! Tahukah anda, respon pertama kali dari orang-orang yang berada di gedung Britains Got Talent ketika ia tampil di podium dan ditanya oleh dewan juri, berapa umur anda?  Jawabannya yang jujur 47 tahun, membuat para hadirin yang melihat penampilan seorang ibu normal seperti ibu rumah tangga kebanyakan sedikit meragukan kemampuan talennya. Mana mungkin ibu ini sanggup bersaing dengan rifal-rifal lainnya, batin para hadirin.
Semua orang tahu, bahwa Britains Got Talent adalah kancah anak-anak muda berbakat yang ingin mendunia kan bakatnya. Melejitkan kemampuannya untuk menjadi artis dunia. Mereka harus melalui beberapa babak yang sulit untuk bisa tampil di depan dewan juri. Tidak jarang mereka harus berlatih keras berbulan-bulan untuk tampil sebagai peserta yang muncul di layar tv. Terlihat dari kaca tv pada saat itu dari kursi hadirin, beberapa anak perempuan muda yang menampilkan mimik wajah meragukan dan bahkan terlihat mencemohkannya ketika mendengar jawaban Susan bahwa ia berumur 47 tahun! Mereka saling berpandangan seakan-akan tidak percaya seorang ibu berumur 47 tahun berani tampil dalam acara yang sangat sulit untuk menang ini. Tahukah anda Susan berhasil melejitkan bakatnya pada usia 47 tahun? Dan sekarang ia menjadi jutawan dan orang terkenal dalam usia senjanya. Menjadi orang yang ditulis di media-media internasional sebagai ibu yang berhasil dalam karir senjanya.
Tahukah anda apa yang diucapkan oleh Susan ketika ia berhasil dalam kontes talennya?
“I don’t believe it! I don’t believe it! ”
Semua orang termasuk seorang ayah kepada anaknya, terkadang tidak mengira bahwa dengan bakat yang dianggap kecil, dapat merubah semua jalan hidupnya.  Akan tetapi ketika lukisan sang ayah berhasil diselesaikan nya dengan baik, maka seorang ayah dan anak akan menemukan bakat anak yang dimilikinya. Bukan saja bakat! bahkan kesuksesan hidup anaknya. InsyaAllah.
Mengantarkan anak menemukan kesuksesan dirinya adalah tugas mulia seorang ayah. Memunculkan kesuksesan pada diri anak adalah suatu proses yang terkadang tidak pendek. Tidak mustahil akan ditemukannya pada saat anak sudah berumur dan ayah menjelang umur kematian. Proses penemuan ini memerlukan ketekunan dan kekuatan kesabaran dari orang tuanya, khususnya adalah ayahnya. Karena itu dalam melukis masa depan anak, bagi seorang ayah ada tiga bekalan yang tidak boleh ditinggalkannya, yaitu sabar, sabar dan sabar. Kesabaran itu terkadang pahit, akan tetapi manis buahnya. Kesabaran  seperti yang dimiliki oleh Nabiullah Ya’kub AS ketika menghadapi kejahatan kakaknya Yusuf AS dan hilangnya anak tercinta, Yusuf AS. Kesabaran Ya’kub AS ini diabadikan oleh Allah SWT di dalam Al-Quran surat Yusuf ayat 18.
وَجَاءُوا عَلَىٰ قَمِيصِهِ بِدَمٍ كَذِبٍ ۚ قَالَ بَلْ سَوَّلَتْ لَكُمْ أَنفُسُكُمْ أَمْرًا ۖ فَصَبْرٌ جَمِيلٌ ۖ وَاللَّهُ الْمُسْتَعَانُ عَلَىٰ مَا تَصِفُونَ
Mereka datang membawa baju gamis nya (yang berlumuran) dengan darah palsu. Ya’qub berkata: ‘Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu; maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang di mohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan’”. (QS. Yusuf[12]:18)
Pengetahuan akan kebenaran dari seorang nabi tidak menjadikan Ya’kub AS menghardik anak-anaknya. Ya’kub AS tahu bahwa walaupun ia mengatakan bahwa anak-anaknya semua adalah pembohong dan sesungguhnya telah membuang Yusuf AS, tetap saja anak-anaknya tidak akan mengakuinya. Pengetahuan kenabian yang tidak diketahui oleh anak-anaknya, tidak menyebabkan Ya’kub AS membela pendapatnya, “Pokoknya kamu salah, dan aku tahu aku yang paling benar.” Akan tetapi Nabiullah Ya’kub AS justru menguatkan kesabaran dengan mengucapkan, “maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku).” Subhanallah. Seorang tipe ayah yang tetap dengan kebenaran dan kesabaran walaupun sulit menunjukkannya langsung kepada anak-anaknya. Akan tetapi semua ini akan dijawab oleh Allah SWT yang mengetahui dan mengatur segala sesuatu yang terjadi di jagad raya ini.


Beruswah Kepada Nabi Muhammad

dakwatuna.com – Sahabatku, kita punya cara untuk mengenang orang paling mulia di dunia, Nabi Muhammad saw.. Catatan ringkas ini semoga menjadi renungan buat kita. Berteladan kepada Nabi saw. Dia sejatinya uswah, pasti tidak akan membuat kita kecewa!
1) Kalau ada pakaian yang koyak, Nabi saw menambalnya sendiri tanpa perlu menyuruh isterinya. Beliau juga memerah susu kambing untuk keperluan keluarga maupun untuk dijual.
2) Setiap kali pulang ke rumah, bila belum tersaji makanan karena masih dimasak, sambil tersenyum beliau menyingsingkan lengan bajunya untuk membantu isterinya di dapur. Aisyah menceritakan bahwa kalau Nabi berada di rumah, beliau selalu membantu urusan rumahtangga.
3) Jika mendengar azan, beliau cepat-cepat berangkat ke masjid, dan cepat-cepat pula kembali sesudahnya.
4) Pernah beliau pulang menjelang pagi hari. Tentulah beliau teramat lapar waktu itu. Namun dilihatnya tiada apa pun yang tersedia untuk sarapan. Bahkan bahan mentah pun tidak ada karena ‘Aisyah belum ke pasar. Maka Nabi bertanya, “Belum ada sarapan ya Khumaira?’  Aisyah menjawab dengan agak serba salah, ‘Belum ada apa-apa wahai Rasulullah.’ Rasulullah lantas berkata, ‘Jika begitu aku puasa saja hari ini.’ tanpa sedikit tergambar rasa kesal di raut wajah beliau.
5) Sebaliknya Nabi saw sangat marah tatkala melihat seorang suami sedang memukul isterinya. Rasulullah menegur, ‘Mengapa engkau memukul isterimu?’ Lantas lelaki itu menjawab dengan gementar, “Isteriku sangat keras kepala! Sudah diberi nasihat dia tetap membangkang juga, jadi aku pukul dia.” Jelas lelaki itu.
“Aku tidak bertanya alasanmu,” sahut Nabi saw.
“Aku menanyakan mengapa engkau memukul teman tidurmu dan ibu dari anak-anakmu?”
6) Kemudian Nabi saw bersabda,”Sebaik-baik suami adalah yang paling baik, kasih dan lemah-lembut terhadap isterinya.’ Prihatin, sabar dan tawadlu’nya beliau dalam posisinya sebagai kepala keluarga langsung tidak sedikitpun merubah kedudukannya sebagai pemimpin umat.
7) Pada suatu ketika Nabi saw menjadi imam shalat. Dilihat oleh para sahabat, pergerakan Nabi antara satu rukun ke rukun yang lain agak melambat dan terlihat sukar sekali. Dan mereka mendengar bunyi gemeretak seakan sendi-sendi di tubuh Nabi mulia itu bergeser antara satu dengan yang lain. Lalu Umar ra  tidak tahan melihat keadaan Nabi yang seperti itu langsung bertanya setelah shalat.
‘Ya Rasulullah, kami melihat sepertinya engkau menanggung penderitaan yang amat berat. Sakitkah engkau ya Rasulullah?”
“Tidak, ya Umar. Alhamdulillah, aku sehat wal ‘afiat.”
“Ya Rasulullah.. .mengapa setiap kali engkau menggerakkan tubuh, kami mendengar suara gemeretak pada sendi-sendi tulangmu? Kami yakin engkau sedang sakit…” desak Umar penuh cemas.
Akhirnya Rasulullah mengangkat jubahnya. Para sahabat amat terkejut. Ternyata perut beliau yang kempis, kelihatan dililit sehelai kain yang berisi batu kerikil, untuk menahan rasa lapar beliau. Batu-batu kecil itulah yang menimbulkan bunyi gemeretak setiap kali bergeraknya tubuh beliau.
“Ya Rasulullah! Apakah saat engkau menyatakan lapar dan tidak punya makanan, kemudian kami tidak akan mengusahakannya buat engkau?’
Lalu Nabi saw menjawab dengan lembut, “Tidak para sahabatku. Aku tahu, apa pun akan engkau korbankan demi Rasulmu. Tetapi apakah akan aku jawab di hadapan ALLAH nanti, apabila aku sebagai pemimpin, menjadi beban kepada umatnya?’ ‘Biarlah kelaparan ini
sebagai hadiah ALLAH buatku, agar umatku kelak tidak ada yang kelaparan di dunia ini lebih-lebih lagi tiada yang kelaparan di Akhirat kelak.”
8) Nabi saw pernah tanpa rasa canggung sedikitpun makan di sebelah seorang tua yang dipenuhi kudis, miskin dan kotor.
9) Beliaupun hanya diam dan bersabar ketika kain sorbannya ditarik dengan kasar oleh seorang Arab Badawi hingga berbekas merah di lehernya. Begitupun dengan penuh rasa kehambaan beliau membersihkan tempat yang dikencingi seorang arab Badawi di dalam masjid sebelum beliau tegur dengan lembut perbuatan itu.
10) Kecintaannya yang tinggi terhadap ALLAH swt dan rasa penghambaan yang sudah menghunjam dalam diri Rasulullah saw menolak sama sekali rasa ingin diistimewakan (dipertuan).
11) Seolah-olah anugerah kemuliaan dari ALLAH langsung tidak dijadikan sebab untuknya merasa lebih dari yang lain, ketika di depan keramaian (publik) maupun saat seorang diri.
12) Pintu Syurga terbuka seluas-luasnya untuk Nabi, namun beliau masih tetap berdiri di sepinya malam, terus-menerus beribadah hingga pernah beliau terjatuh lantaran kakinya bengkak-bengkak.
13) Fisiknya sudah tidak mampu menanggung kemauan jiwanya yang tinggi. Bila ditanya oleh ‘Aisyah, ‘Ya Rasulullah, bukankah engaku telah dijamin Syurga? Mengapa engkau masih bersusah payah begini?’ Jawab baginda dengan lembut, ‘Ya ‘Aisyah, bukankah aku ini hanyalah seorang hamba? Sesungguhnya aku ingin menjadi hamba-Nya yang bersyukur.’
آللّهُمَ صَلّیۓِ ۈسَلّمْ عَلۓِ سَيّدنَآ مُحَمّدْ وَ عَلۓِ آلِ سَيّدنَآ مُحَمَّدٍ